taka — Pengabdian masyarakat Jaman Now!

Ahmad Jibril Hemdi
4 min readAug 5, 2020

--

Pengabdian masyarakat seolah menjadi primadona bagi mahasiswa dalam menjalankan kegiatan kemahasiswaan. Pengenalan sedari maba melalui tri dharma perguruan tinggi salah satu bentuk objektif tertariknya mahasiswa untuk membantu masyarakat sekitarnya. Sejak itu, banyak lembaga kampus yang mem-provide anggotanya untuk turut andil dalam kegiatan sosial masyarakat.

Lembaga kampus yang bergerak dalam bidang sosmas sendiri memiliki berbagai aliran. Dimulai dari pembangunan nyata, seperti membangun jalan atau jembatan. Dilanjutkan dengan pendidikan, semisal sharing ilmu ke para pelajar. Sampai dengan inovasi teknologi, semacam pembuatan aplikasi jualan untuk petani, bisa juga membuat teknologi pertanian untuk memudahkan petani.

Perihal keuangan, lembaga berbasis sosmas biasanya mengandalkan donatur dalam tiap kegiatannya, baik dari anggota, kampus, atau perusahaan. Cukup jarang ditemui lembaga sosmas yang memiliki pemasukan sendiri, seandainya ada biasanya mereka akan menjual souvenir sebagai bagian dari permodalan.

Ancient Age

Sudut pandang yang cukup umum ditemukan dalam tiap kegiatan sosmas, yaitu kegiatan yang berdasarkan kebutuhan masyarakat lokal diikuti dengan penyesuaian karakteristik masyarakat. Maksudnya adalah sebelum kegiatan sosmas diadakan, terlebih dahulu dilakukan survei lokasi oleh tim khusus. Mereka menetapkan suatu kriteria yang sekiranya lembaga dapat akomodir. Kemudian dilanjutkan dengan mencari kandidat tiap desa, sampai tahap ini concern-nya adalah mencari tau tipikal dari tiap desa yang akhirnya akan dicocokan apakah masuk kepada kriteria yang sudah dibuat sebelumnya.

Pada tahap pengeksekusian, lembaga berpacu pada hasil survei kebutuhan masyarakat setempat. Biasanya tiap lembaga sangat mengusahakan agar masalah primer dari suatu desa dapat mereka selesaikan, walau harus dilanjutkan hingga beberapa regenerasi lembaga. Namun lain halnya, bagi lembaga yang kurang aplikatif bidang keilmuannya, mereka cenderung tidak menyelesaikan akar masalah dari suatu desa, tetapi menyelesaikan masalah yang sekiranya dapat mereka handle tanpa keahlian tertentu.

Memang kegiatan sosmas tidaklah selalu mengutamakan suatu kebermanfaatan bagi masyarakat, terkadang tujuan utama mereka adalah ‘hanya sampai’ untuk meningkatkan awareness bagi anggota di lembaga mereka, hitung-hitung menerapkan tri dharma perguruan tinggi.

Bridging

Berdasarkan kacamata awam dan sudut pandang eksternal, kegiatan pengmas yang mahasiswa lakukan dampaknya tidak sesignifikan itu. Maksud dari dampak signifikan sendiri berarti dampak yang dapat mengubah harkat, martabat, serta derajat hidup dari masyarakat desa tersebut. Padahal, bukankah keinginan untuk memakmurkan desa terlebih negara adalah sebuah tujuan ideal kegiatan sosmas? Sepertinya sampai tahap ini perlu ada evaluasi model sosmas yang terjadi perguruan tinggi.

Sejauh ini mahasiswa berpandangan bahwa (contoh) apabila masyarakat kesulitan dalam mobilitas antar desa untuk berdagang sebab terdapat sungai yang membelah kedua desa sehingga penduduk perlu jalan memutar untuk berdagang ke desa lain, menyebabkan ongkos transportasi menjadi lebih mahal atau menghabiskan lebih banyak waktu dalam perjalanan. Lalu dengan senang hati mahasiswa bergotong royong untuk membangun jembatan sehingga jarak dan waktu tempuh dapat dipersingkat. Pada kasus ini mungkin secara makro menyelesaikan masalah utama dari penduduk desa tersebut, tetapi apakah mereka pernah menghitung seberapa tinggi penurunan tingkat kemiskinan di desa tersebut setelah kegiatan sosmas yang dilakukan? Mari berasumsi, mungkin tidak sesignifikan itu karena pada dasarnya, ya, pendapatan dari hasil perkebunan atau pertanian tidak berbeda jauh dari sebelum ada jembatan. Lantas bagaimana jika ingin mengubah harkat, martabat, serta derajat hidup masyarakat, toh apa yang telah dilakukan dampaknya relatif kurang greget ya?

Israeli Age

Digitalisasi masyarakat mungkin adalah ide yang jarang terpikirkan sebab, apa hubungannya? Sebelum lebih jauh, skuy samakan persepsi perihal digitalisasi masyarakat. Digitalisasi masyarakat berarti menawarkan pekerjaan berbasis digital kepada masyarakat. Contohnya adalah mendirikan perusahaan startup di tiap desa dengan karyawan dari penduduk lokal. Tema besar dari digitalisasi masyarakat apabila berhasil dampaknya akan mengubah harkat, martabat, serta derajat hidup suatu desa seutuhnya. Let’s say, pertama dapat menawarkan benefit, seperti penghasilan besar dari bekerja di startup, boleh juga ditawarkan fasilitas nyaman tidak perlu panas-panasan. Ketika penduduk lokal sudah tertarik bergabung, maka mereka dapat diberikan pelatihan pekerjaan digital yang sesuai kebutuhan startup.

Jika boleh melakukan komparasi antara pekerjaan digital (startup) dengan tradisional (bertani/berkebun), maka akan diperoleh tabel dan deskripsi sebagai berikut

Tabel 1: Perbandingan Startup dengan Bertani/berkebun (sumber dokumen pribadi)

Mungkin tabel sotoy ini dapat menimbulkan perdebatan di antara kalian, sebelum meledak akan hujatan so let me explain. Dilihat dari sisi financial, asumsikan penghasilan petani sehari 50k sebulan dapat 1,5 Jt, jika bekerja di startup akan ditawarkan untuk berpenghasilan minimal sebutlah 2–3 Jt sebab tanpa ijazah hanya sertifikat training dari startup dan dapat meningkat seiring meningkatnya skill serta tanggung jawab yang seseorang punya. Dampak lain dari bidang education adalah penduduk lokal yang bekerja di startup akan terbuka wawasannya karena lebih sering berinteraksi dengan internet untuk kegiatan positif. Ditambah mereka rutin mendapatkan training agar skill mereka terus berkembang dengan begitu, secara tidak langsung, selain membantu mensejahterakan masyarakat dapat sekaligus mencerdaskan dalam hal buta teknologi. Keuntungan dari sisi kesehatan seperti para penduduk lokal yang bekerja di startup juga memiliki kesehatan yang lebih terjamin sebab startup memfasilitasi asuransi selain BPJS.

Meningkatnya pengetahuan penduduk karena terbiasa terpapar informasi baru dari internet dapat memantik kebiasaan baru yang menyesuaikan perkembangan zaman, seperti menggunakan waktu luang untuk belajar membuat gim/aplikasi atau mencoba belajar bahasa inggris untuk memahami artikel asing. Penduduk lokal juga bisa merasakan daya saing global yang sedang berlangsung melalui pekerjaan mereka sehingga mereka dapat memiliki motivasi besar untuk selalu bergerak maju.

Motivasi besar dapat menjadi penggerak kemajuan dari suatu desa. Mereka bergerak bersama untuk mencapai kemakmuran melalui teknologi secara mandiri. Hal ini sangat mungkin terjadi sebab efeknya langsung terasa kepada hal tervital dalam hidup, financial mereka, dengan konsep jika mereka semakin inovatif maka akan semakin banyak uang yang mereka dapatkan melalui berkembangnnya startup yang mereka dirikan. Tentu diiringi dengan mental tahan banting dari kegagalan.

Sampai di sini, mahasiswa dapat berkontribusi dalam perintisan startup sampai dengan pelatihan kepada penduduk lokal. Membawa gelar kemahasiswaannya bukan tidak mungkin bagi mahasiswa untuk menemukan inovasi-inovasi keren bagi rintisan startup berbasis sosmas.

Penjabaran mungkin terkesan sangat idealis yang memicu skeptisme. Kenyataannya gagasan ini merupakan konsep lokalisasi dari kesuksesan Holy Land dalam membangun dan memakmurkan their country. Jikalau benar menginginkan dampak besar dari penerapan tri dharma perguruan tinggi, mengapa tidak mencoba metode dari negara lain?

taka merupakan tulisan yang berasal dari opini, logika, ingatan, dan pengalaman gua terhadap suatu hal.

--

--

Ahmad Jibril Hemdi