An Inspirational Figure Story: THE GREAT MR. LEE
--
Lee Kuan Yew atau Lee adalah perdana menteri pertama sekaligus founding father dari City State of Singapore. Gelar founding father yang setara dengan Soekarno dan Hatta, tetapi berbeda dalam pencapaiannya. Lahir pada tanggal 16 September 1923 saat Singapore menjadi jajahan Inggris. Selain masa penjajahan Inggris, Lee juga mengalami penjajahan Jepang. Lee merupakan keturunan chinese. Meskipun demikian Lee kurang lancar berbahasa China dan lebih lancar berbahasa Inggris because his educational background berasal dari institusi Inggris seperti Telok Kurau English School, Raffles Institution, LSE, and Cambrige.
Lee menjadi Prime Minister of Singapore melalui People Action Party (PAP) dari tahun 1960–1990 (30 tahun). Mentransformasikan Singapore dari GDP per kapita $500 menjadi $59,000 bukan perkara mudah. Lee sendiri hampir berputus asa terhadap masa depan Singapore terutama setelah Singapore berpisah dengan Malaysia. Kekhawatiran utamanya saat itu adalah Singapore tidak memiliki apapun sebagai modal (sumber daya alam) bahkan air bersih, bagaimana mungkin masa depan akan cerah. Lee saat itu menyampaikan kekhawatiran ini didepan seluruh pejabat tinggi Singapore sambil meneteskan air mata. Namun, hal ini pula yang memberikan semangat bagi Singapore to keep movin’ forward.
Tekad Lee untuk mengangkat derajat kehidupan masyarakat Singapore fully supported with his team yang berakibat sedari awal Singapore leader not really intended to money (not money oriented) that proved with sedikit sekali pejabat yang korupsi. Figure penting who helped Lee adalah Goh Keng Swee and Albert Winsemius. Albert adalah orang Belanda utusan dari UNDP untuk membantu industrialisasi Singapore kala itu. Dia memberikan syarat sederhana agar Singapore bisa sukses yaitu hancurkan komunisme dan merawat Statue of Raffles. Statue of Raffles penting untuk dirawat agar memberi kepercayaan kepada investor bahwa Singapore is a safe place for your money because we don’t hate our invaders which is west country a.k.a British.
Saat British memutuskan for giving Singapore independence, actually Singapore wanted to reject it and request to stand longer in Singapore because kondisi Singapore belum stabil. Britsh memberikan kestabilan pada Singapore melalui tentara dan polisi yang mereka miliki sehingga if the Britsh out tidak ada lagi penjaga keamanan tersebut padahal terdapat ancaman dari komunis dan Malaysia yang siap memberontak terhadap pemerintah Singapore. Oleh karena itu, the first step to built Singapore is from military defence.
Singapore bekerja sama dengan Israel dalam membangun kekuatan militernya. Namun, sentimen buruk Israel di mata muslim Melayu membuat utusan-utusan Israel disamarkan kewarganegaraannya menjadi Meksiko. Israel dipilih berdasarkan saran dari UNDP ke Lee bahwa kondisi Israel jauh lebih buruk dari Singapore yaitu dikelilingi negara Arab dan diboykot pula oleh mereka, tetapi tetap bisa survive sehingga berdasarkan kemiripan tersebut Singapore dikelilingi oleh Melayu (Malaysia dan Indonesia) maka dipilih Israel. Selain itu, Singapore memperkuat militernya dengan membeli persenjataan dari Israel dan Inggris. Hasil pembentukan militer ini dipertontonkan secara publik on Independence Day celebration, August 9 1966.
Kondisi Singapore yang stabil setelah adanya Singapore Armed Forces (SAF) and People Defence Force (PDF) akan bersifat sementara if Singaporean was still hungry because not many jobs were available. So the second step is Lee focused on menyediakan lapangan pekerjaan yaitu melalui tourism and manufacture industry because kedua industri dianggap ini mampu membuka banyak lapangan pekerjaan. Tourism strategies melalui pembuatan Merlion, menghijaukan kota, menyediakan banyak rute penerbangan, dll. Adapun for manufacture strategies dengan menarik investor dari berbagai negara seperti Hong Kong, Jepang, Amerika untuk membangun pabrik (textile, toy, petroleum, etc) di Singapore. Keberhasilan negosiasi agar negara lain berinvestasi di Singapore tidak lepas dari strategi Lee saat approaching to the US investor sangat berbeda dari kebanyakan negara berkembang saat itu yaitu umumnya meminta aid or donor but Lee wanted them to invest in Singapore. Lee juga membangun Jurong Industrial Estate (JIE) sebagai pusat kawasan industri Singapore.
However, Singapore memiliki masalah tersulit soal ketersediaan lahan yang sangat terbatas even the population will always grow. Then, Lee melakukan penataan rumah-rumah penduduk dengan merelokasi mereka ke hunian bertingkat (rusun). Rusun ini urus oleh Housing and Development Board (HDB) dengan skema pembayaran melalui Central Provident Fund (CPF) yaitu memanfaatkan dana pensiun. Berpindahnya masyarakat dari landed house to vertical house sangat meningkatkan produktivitas lahan. Selain itu, Singapore melakukan reklamasi untuk memperluas wilayahnya.
Singapore mendorong warganya untuk berinvestasi di pasar modal (Stock Exchange of Singapore) dengan tujuan agar profit yang dihasilkan perusahaan dapat dirasakan kembali oleh masyarakat. Seperti mendorong investasi ke state-owned enterprises Singapore Bus Service Ltd (SBS) which is essential public transport used daily. Saat Singapore Telecom go public masyarakat sudah paham pentingnya berinvestasi di pasar modal dan secara antusias saham tersebut dibeli. Perlu diketahui bahwa Lee melarang Singapore state-owned enterprises untuk rugi dan jika rugi maka perusahaan tersebut akan segera ditutup dan tidak akan dibantu oleh negara.
Advice dari Albert terkait mencegah pengaruh komunis di Singapore terus diupayakan oleh Lee yang terlihat dari hubungannya yang tidak terlalu dekat dengan Uni Sovier (USSR). Pertarungan politik di Singapore saat melawan partai Malayan Communist Party (MCP) juga selalu dimenangkan oleh PAP. Tentu ini gave benefits to Singapore because dapat menambah kepercayaan barat to invest in Singapore. Namun terlepas dari itu semua, kecenderungan politik Lee terhadap barat dimulai sejak awal kehidupannya yaitu melalui institusi pendidikan Inggris yang ia tempuh.
Lee mengutamakan kemampuan individu dalam mengurusi urusan pemerintahan or named meritocracy karena Lee berpikir bahwa saat suatu pekerjaan dikerjakan oleh ahlinya maka hasil dari pekerjaan tersebut akan sempurna. Namun, Lee realized bahwa human resource in Singapore wasn’t so good. He compared with US that lucky to have many good talents from around the world. Setelah ia cari tau why people around the world wants to come to US, then the answer is because they have many excellent universities like Harvard, MIT, Stanford, etc. So the next step what Lee wanted to do is created the best university in over the region. National University of Singapore (NUS) and Nanyang Technological University (NTU) adalah dua kampus Singapore yang diproyeksikan menjadi menjadi kampus terbaik di dunia dengan cara langkah pertama yaitu meng-Inggris-kan bahasa pengantar di kedua kampus ini. As expected a few years later, both of them success to become the best 20 universities in the world.
Lee banyak belajar dari negara in South Asia such as India, Bangladesh, Sri Lanka, etc. They have become failed nations because of racism. Seperti Pemerintah Sri Lanka mengakui secara legal supremasi Ras Sinhalese di atas Tamils sehingga menyebabkan perang saudara even the British colonial have more well prepared for independence then Singapore but because of the civil war the preparation was nothing. Oleh karena itu, Singapore sangat menjunjung tinggi kesetaraan antar ras bahkan ras yang lebih tertinggal seperti Melayu dibantu pemerintah agar they can catch up with the chinese particularly on education sector yaitu dengan mendirikan Mendaki (Majlis Pendidikan Anak-Anak Islam). Kesetaraan tersebut pula mampu menarik talenta terbaik dunia untuk bekerja di Singapore.
Meningkatnya competitiveness dalam melamar pekerjaan in Singapore membuat Lee concerned terhadap nasib para pekerja senior Singapore especially about their productivity. It was really reasonable because when banyak talenta yang more productive dari mereka dan mereka akan tergantikan karena kalah bersaing. So Singapore government memberikan bantuan training untuk meningkatkan the senior productivity agar mereka still competitive.
Meningkatnya kesejahteraan Singapore ditandai oleh pendapatan per kapita yang meningkat pula. Peningkatan gaji yang signifikan terjadi in private sector agar tidak terjadi kesenjangan pendapatan between public and private maka gaji di public sector dinaikan even hanya mendekati gaji di private sector tidak melebihi. Menaikan gaji di public sector merupakan suatu kebutuhan selain untuk mengurangi kesenjangan juga untuk menarik best talents to work in public sector karena ada kekhawatiran jika pengawai pemerintah diisi oleh bukan seorang ahli maka keputusan public yang dibuat akan buruk (konsep meritocracy). Public sector salary juga bersih tidak ada tunjangan, uang makan, bensin, rumah dinas, dll agar setiap individu dapat bebas dalam menggunakan uangnya. Upaya untuk meningkatkan public sector salary agar mencegah pejabat public melakukan korupsi. Meskipun secara hukum sistem politik di Singapore tidak menggunakan demokrasi pay to win sehingga pejabat public tidak perlu mengeluarkan banyak uang agar bisa elected.
Seperti di kota-kota urban pada umumnya, Singapore pun pernah mengalami masalah dengan pedagang kaki lima (PKL). Mereka berjualan secara liar di ruas-ruas jalan Singapore membuat kesan kotor dan kumuh. Kebersihan makanan yang mereka jual juga tidak terjamin. Upaya pemerintah Singapore untuk menertibkan PKL pun dilakukan yaitu dengan merelokasi mereka di foodcourt yang pemerintah sediakan. Benefits bagi hawkers tersebut adalah mereka memiliki tempat yang nyaman untuk berjualan karena secara legal diakui dan didukung oleh pemerintah dan mendapat food quality control routinely sehingga consumer mendapat makanan murah yang bersih. Bagi pemerintah sendiri, menata hawkers memberikan benefits yaitu kota menjadi rapi dan mendapatkan pajak.
Keberadaan taxi ilegal juga menjadi masalah bagi Singapore karena mereka menetapkan harga yang lebih murah dibandingkan taxi legal dan sedikit lebih tinggi dari bus. Pengemudinya tidak memiliki asuransi dan berhenti untuk menurunkan atau menaikan penumpang sesukanya. Taxi ilegal menggunakan mobil tua dalam pengoprasiannya tentu menimbulkan masalah bagi lingkungan. Lee menyelesaikan masalah ini dengan menyediakan banyak lapangan pekerjaan yang lebih menarik sehingga keberadaan taxi ilegal hilang.
Agar masyarakat Singapore menjadi tertib dan bersih, Lee menerapkan banyak denda kepada pelanggar aturan. Seperti larangan untuk memakan permen karet karena dapat mengotori jalan, larangan untuk merokok sembarangan, larangan untuk melakukan vandalism, dll when someone melanggar aturan-aturan tersebut akan dapat denda yang tidak sedikit. Kemudian, didukung oleh penegakan hukum yang kuat membuat masyakat menjadi sangat disiplin agar tidak mendapatkan denda tersebut.
Kebebasan pers adalah tekanan yang sering didapatkan oleh Lee saat bertemu dengan masyarakat barat karena mereka menganggap bahwa media sangat dikendalikan oleh Pemerintah. Lee sendiri beranggapan bahwa terdapat perbedaan budaya antara Singapore denga barat terkhusus dalam hal media. Lee membatasi media karena memiliki pengalaman buruk dengan media asing yang menghasut masyarakat Singapore saat itu dengan menjelek-jelekan pemerintah Singapore even tidak pernah sekalipun pemerintah Singapore ingin mencelakai Singaporean. Hasutan tersebut menyebabkan demo dan sedikit kekacauan politik di Singapore. Sejak saat itu, Lee sangat memfilter berita yang berkembang di masyarakat, termasuk melarang media asing untuk beroperasi di Singapore.
Langkah Lee untuk menentukan penerus adalah hal tersulit dari semua ini. Lee tidak menunjuk anaknya sebagai penerusnya, tetapi melakukan seleksi ketat untuk menentukan calon penerusnya. Seleksi tersebut bukan hanya mencakup kemampuan individu seseorang, tetapi skill politik untuk bermasyarakat. Lee juga sadar bahwa ia tidak mungkin membangun Singapore sendirian sehingga ia pun turut mempersiapkan tim bagi penerusnya. Setelah mendapatkan calon penerus Lee berserta tim penerusnya. Agar mereka tidak kaget, maka mereka satu demi satu menggantikan tim Lee dan dimonitoring langsung olehnya selama beberapa bulan sebelum Lee berhenti menjabat. Setelah dianggap telah memiliki kapabilitas dan kesiapan untuk meneruskan tonggak estafet pembangunan Singapore. Tim penerus Lee dipersilakan untuk berdiskusi menentukan the next Prime Minister of Singapore kemudian terpilih Goh Chok Tong sebagai orang yang dipercaya oleh timnya untuk menjadi Prime Minister of Singapore. Lee belajar bahwa untuk menentukan penerus sebaiknya bukan ditunjuk oleh yang berkuasa saat itu, tetapi oleh Tim yang akan bekerja sama dengan pemimpin yang baru. Setelah segala persiapan selesai, mulailah pemilihan oleh masyarakat dan seperti yang direncanakan bahwa Goh Chok Tong terpilih sebagai perdana menteri kedua Singapore untuk meneruskan Lee Kuan Yew.